Kyai Sendang
Setiap memasuki bulan Robiul Awal, umat islam di seluruh Dunia melaksanakan tradisi peringatan maulud Nabi Mohammad, SAW, dengan berbagai cara.  Ada yang dengan melaksanakan pengajian umum, di keraton Yogya dan Solo melaksanakan tradisi Grebeg Mulud yang dirangkai dengan pasar malam selama 1 bulan penuh. Di Indonesia di Masjid-Masjid baik di Kota maupun pelosok Desa dan kampong-kampung banyak yang memperingati hari kelahiran Nabi Mohammad ini dengan pembacaan “Maulud” (pembacaan kitab Barzanji dan Diba’) biasanya juga dengan diselingi Tausiah/Nasihat oleh Mubaliq atau Ustadz/Kyai.
Terlepas dari pro dan kontra, pembacaan “Maulud” ini hanyalah sebuah tradisi, bukan ritual ibadah seperti anggapan sebagian umat yang tidak setuju dengannya. Meskipun ini tidak pernah dilakukan Nabi, para sahabat, Tabiin dan Tabiut Tabiin, namun itu tidak masalah, karena ini hanyalah tradisi pembacaan riwayat Nabi, perjalanan dakwah dan perjuangannya. Hal ini tidak berbeda dengan kita membaca buku-buku Sirah Nabi Mohammad, SAW bedanya kalau membaca buku Sirah kita harus membaca sendiri, sedangkan pembacaan “Maulud” kita dibacakan atau bersama-sama membaca, sedangkan bahasanya adalah bahasa pilihan yang indah, sehingga tak jarang pesertanya banyak yang menangis haru karena merasa sukur atas nikmat Alloh, SWT dengan diutusnya Nabi Mohammad, SAW. Selain daripada itu, dalam pembacaan “Maulud” ini, banyak sekali dibacakan sholawat di dalamnya sehingga ini secara tidak langsung mengajak kita mengamalkan perintah Alloh, SWT dalam al-Qur’an, Surat al-Ahzab : 56 yang artinya :” Sesungguhnya Alloh dan para Malaikat-Nya bersholawat kepada Nabi, wahai orang-orang beriman sampaikanlah sholawat dan salam kepadanya”.
Tradisi pembacaan “Maulud” adalah tradisi positif yang dapat dijadikan benteng bagi generasi muda islam dalam menghadapi tradisi-tradisi barat yang buruk seperti, pesta muda-mudi, merayakan tahun baru Masehi dengan hura-hura, bahkan tradisi “Valentin Day” yang sangat bertentangan dengan akidah islam.  Adapun mengajak melestarikan hal yang baik itu mendapat apresiasi dari nabi dalam sebuah haditsnya yang berbunyi : dari Abu Amr ibn Jarir ibn Abdullah, RA, Nabi, SAW, bersabda : “Barang siapa membuat contoh yang baik dalam islam ia mendapat pahala dan mendapat pula pahala orang yang melaksanakannya tanpa mengurangi pahala orang tersebut sedikitpun, dan barang siapa membuat contoh buruk dalam islam, ia mendapat dosa dan dosa orang yang melaksanakannya, tanpa mengurangi dosa orang tersebut sedikitpun” (HR. Muslim dalam Riyadhus Sholihin hal. 88-89 ).
Di dalam al-Qur’an Surat Hud : 120, Alloh,SWT berfirman yang artinya : “Dan semua kisah dari rosul adalah kisah-kisah yang dengannya kami teguhkan hatimu (Muhammad)”  nah ! kalau Nabi   yang begitu tegar dan dikagumi ketabahannya oleh musuh-musuh islam sekalipun masih perlu diteguhkan hatinya dengan membaca kisah-kisah rosul, mengapa kita yang dhoif ini tidak boleh meneguhkan hati dengan mengikuti kisah junjungan kita Nabi akhir jaman.
Akhirnya, lepas yang setuju atau tidak dengan tradisi pembacaan “Maulud” marilah kita tetap menjaga persatuan dan ukhuwah kita, janganlah perbedaan pendapat ini menjadikan perpecahan di antara umat islam, ingatlah perpecahan itu yang dikehendaki oleh musuh-musuh islam, semoga Alloh, SWT merahmati kita semua.
0 Responses

Posting Komentar