Kyai Sendang
Jarang orang mengetahui bahwa leluhur para wali di Nusantara (baca:Asia Tenggara & Timur Jauh) ternyata orang yang sama, dengan kata lain para wali di Nusantara ternyata berasal dari seorang yang sama yakni Sayyid Maulana Jumadil Kubro yang nama aslinya adalah Sayiyid Jamaludin Husein al-akbar. Disebut sebagai leluhur para wali, karena hampir semua wali (termasuk Walisongo)  masih keturunannya, atau setidak-tidaknya masih keluarganya baik keturunannya langsung (ittrah), keturunannya tidak langsung (dzuriat) atau berhubungan semenda seperti menantu, cucu menantu, dsb. Beliau adalah ulama besar yang dilahirkan di Malabar, India, putra dari Gubernur malabar yaitu Sayyid Ahmad Syah Jalal bin Amir Abdullah Azmatkhan, bin Abdul Malik Azmatkhan (cikal bakal marga Azmatkhan dari kalangan alawiyyin ). Selama hayatnya, beliau sempat 5 kali menikah, namun tetap sesuai dengan syariat di mana maksimal seorang pria hanya boleh menikahi 4 wanita, sedangkan isterinya yang kelima dinikahinya saat salah seorang dari keempat isterinya meninggal dunia. Dari ke 5 orang isterinya ini telah lahir tokoh-tokoh ulama besar dan para wali serta penguasa di kepulauan Nusantara.
Ketika beliau masih di Malabar (wilayah kekuasaan kesultanan Delhi, India) sebelum merantau ke Nusantara (Asia Tenggara ) menikahi putri Nizam al-Mulk, dari pernikahan ini lahirlah putranya yang bertama, yakni Maulana Malik Ibrahim, atau yang lebih dikenal dengan nama kakek Bantal, salah seorang dari Walisongo pendahulu Sunan Ampel (sesepuh para wali yang menjadi Arsitek berdirinya kesultanan Demak), kemudian pada tahun 1350 M beliau menikahi putri Linang Cahaya, dari pernikahan ini lahirlah Syarifah Siti Aisyah yang setelah dinikahi oleh Sayyid Kholikhul Idris ( Adipati Jepara ) melahirkan putra Muhammad Yunus, yang kelak mempunyai anak Patiunus yang menjadi Sultan ke 2 Demak, pengganti Raden Fatah. Setelah pernikahan kedua selang 5 tahun beliau menikah lagi dengan putri Rahmawati binti Sultan Zaenal Abidin, Sultan Pattani, dan dari pernikahan ini lahirlah Maulana Ibrahim Hadromi/Ibrahim al-Ghozi yang dalam cerita babad sering disebut Ibrahim Asmorokandi. Sebutan Asmorokandi ini berasal dari kata Assamarkandi, karena  sebelum ke Nusantara, Ibrahim Hadromi ini datang dari daerah Samarkand yang pada saat ini termasuk wilayah negara Usbeckistan, pecahan dari Uni Soviet. Dari Ibrahim Asmoro setidaknya ada 3 orang putranya yang menjadi Wali dan juga menurunkan para wali. Putranya yang pertama adalah Maulana Ishak yang nantinya mempunyai anak Maulana Ainul Yaqin yang lebih dikenal  dengan julukan Sunan Giri, pendiri Giri Kedaton, di daerah Kecamatan Kebomas, Gresik. Adapun putra Ibrahim yang kedua adalah Fadhol Ali Murtadlo, Ayah dari Sunan Ngudung, kakek dari Maulana Ja'far Sidiq yang digelari Sunan Kudus, karena wilayah dakwahnya di kota Kudus dan sekitarnya. Sedangkan putra Ibrahim Asmoro yang ketiga adalah Maulana Rahmatulloh atau Raden Rahmat alias Sunan Ampel, ayah dari Sunan Bonang, Sunan Drajad dan Sunan Lamongan.
Jamaluden Husein (Sheikh Jumadil Kubro) pada tahun 1390 menikah dengan Putri Sahirah dari kelantan, dari pernikahannya ini beroleh anak yang bernama Maulana Ali Nurul Alam. Dari putranya ini lahirlah cucu beliau yang bernama Abdullah Umdatuddin, Sultan Champa ( menurut sebagian riwayat Sultan Mesir ) yang menurunkan tokoh-tokoh ulama dan raja-raja Nusantara, antara lain Syarif Hidayatullah yang lebih dikenal dengan Sunan Gunung Jati (anggota Walosongo serta pendiri kesultanan Cirebon dan Banten) juga Putri Anarawati/Dwarawati, salah seorang isteri dari Brawijaya V yang melahirkan Raden Fatah, pendiri kesultanan Demak Bintoro yang juga menurunkan penguasa-penguasa di Jawa seperti, Kesultanan Pajang, Mataram yang berkembang menjadi 4 kerajaan, dua di Surakarta yakni Kesunanan Paku Buwono dan Kadipaten Mangkunegaran, serta dua lagi di Yogyakarta yang masih memiliki kekuasaan politis hingga saat ini, yakni Kesultanan Yogyakarta Hadiningrat dan Kadipaten Pakualaman.
Yang terakhir Jamaludin Husein juga menikahi Putri Jauhari dari kesultanan Johor, dari pernikahan ini melahirkan dua putra yaitu Maulana Barokat Zainul Alam yang menurunkan Fatahillah (Tubagus Pasai) bapak pendiri kota Jakarta ibu kota Indonesia dan Mohammad Kebungsuan, seorang wali yang berdakwah di Mindanau Filiphina.
0 Responses

Posting Komentar